Selasa, 24 Mei 2011

pengalaman nyasar di kota sendiri


kalimantan timur
Hari ini berangkat kerja naik angkot, motor lagi dipakai kakak (emang motornya dia sih, kebetulan lagi pulang ke rumah), jadi yang nebeng ngalah…Dulu kalau naik angkot bisa cepat aja sampai tujuan, ngga seperti sekarang, selalu macet dimana-mana, tambah banyak kendaraan, ongkos angkot sekarang sudah Rp 3.000, dari pertama kali naik angkot Rp 300. Didaerahku kadang angkot masih banyak yang sebut taksi, karena penggunaan taksi sebagai angkutan dalam kota belum ada, yang ada kalau ke lain kota baru ada, pernah diajukan tapi para supir angkot demo dan tidak menyetujuinya, selain jadi saingan takut juga jalanan tambah macet tambah susah deh cari penumpang, yang ada bensin cepet abis. Sopir taksi angkot sekarang banyak yang mengeluh karena kurang penumpang, soalnya sekarang udah kebanyakan yang pakai motor sendiri, habisnya dapat motor gampang banget, pake DP Rp 500.000 juga bisa dapat. Alhasil, penumpang ngga dapat, macetnya iya.

Senin, 23 Mei 2011

kalau mau, ya minta aja


Lemari buku sudah seperti sarang nyamuk, semuanya berantakan, habisnya belakangan ini selalu terburu-buru, jadi sambil cari-cari semuanya jadi bernatakan semua, habis selesai juga nggak dibalikin sempurna, dibiarin gitu aja. Jadi sekarang saatnya untuk dirapikan, sambil memilah-milah buku mana yang belum dibaca, beberapa bulan lalu ada pameran buku di perpustakaan daerah, bukunya bagus-bagus dan murah, jadi beli lumayan banyak, tapi belum kebaca semua. Sekalian juga yang nggak perlu disisihkan untuk dibuang daripada bikin sumpek.

Sabtu, 21 Mei 2011

penantian panjang

 
Ini adalah calon buah anggur ku, begitu melihat ada buahnya waaaaa….rasanya senang banget. Setelah sekian lama berbuah juga, tidak sia-sia penantianku selama ini, lebay. Meskipun nggak banyak, tapi ini termasuk banyak dari sebelummnya, tadinya pernah berbuah ada dua pucuk, masing-masing berisi 4 butir dan 3 butir, itupun masaknya kecil banget, satu ruas jari kelingking. Meskipun yang ini masih kecil banget, aku berharap bisa lebih besar dari yang sebelumnya, dan buahnya bisa banyak. Ada beberapa pucuk kali ini, sekitar 5 pucuk, dan setiap pucuk banyak calon buahnya, mudahan besok-besok masih nambah lagi, karena sebelumnya baru ketemu dua pucuk aja, eh pas hari ini lihat sudah nambah lagi.Jadi beberapa hari ini setiap hari aku pasti ngecek setiap detil batang pohon anggurku, kali-kali aja ada nambah lagi pucuk calon buahnya. Yang pasti nggak sabar nunggu panen.Umur pohon anggur ku ini sudah lama, lebih dari dua tahun sejak pertama aku dapat bibitnya. Awalnya sih dicuekin aja didalam polibek, sampai akhirnya kupindah ke dalam pot yang terbuat dari ban bekas. Melihat batangnya terus menjalar dan daunnya besar-besar rasanya senang banget, belum membayangkan buahnya, sampai akhirnya aku coba untuk membuat tempat menjalarnya batang anggur. Aku punya buku tentang cara menanam anggur, tapi nggak pernah mengikuti instruksinya dengan serius, jadi bukunya disimpan aja, mungkin itu yang buat pohonku lambat berbuah, soalnya nggak dirawat dengan benar dan nggak pernah dikasih pupuk. Paling-paling kadang disiram air cucian beras atau dikasih rumput-rumput atau bahan-bahan sisa organik. Sampai ada yang kasih tau, kalau mau berbuah lebat pohon anggurnya harus dipangkas semua daunnya, nanti setelah dipangkas akan tumbuh daun baru dan nggak lama akan berbuah, aku coba dan sekarang terbukti. Mama’ku suka ngolok kalau tanamanku itu ngga ada buahnya, katanya mendingan beli aja daripada ribet nanam, tapi kubilang beda rasanya makan hasil tanaman sendiri, sekarang sih mama’ku senang juga anggurku berbuah. Aku masih menunggu dengan sabar....:)
nb.fotonya diambil dari atas, batang yang ada buah aku sangkutkan ke atas, soalnya mulai menjalar mendekati pagar tetangga



Puskesmas t4 favorit my mum


Puskesmas Karang Asam, jaraknya kurang lebih lima menit jalan kaki dari rumah. Dulu biaya nya Rp 3.000 sudah termasuk obat, cukup murah dan sudah beberapa tahun ini ada program kesehatan gratis dari pemerintah daerah, kalau berobat ke Puskesmas tidak bayar alias GRATIS. Meskipun sering liat di TV banyak juga didaerah-daerah lain yang tidak berjalan, yang miskin nggak bisa berobat karena ngga bisa bayar, kalau didaerahku alhamdulillah Pak RT nya baik, orang-orang puskesmas dan rumah sakit baik, meskipun kadang-kadang ada yang galak, tapi tetap membantu administrasi sampai bener-bener gratis dan insya allah sampai sembuh.
Kalau ke Puskesmas ditempatku harus pagi-pagi, jam 7 pagi kalau bisa ambil nomor antrian duluan trus pulang lagi (syukurnya dekat), biasanya nomor antrian sudah ditaruh didepan pintu meskipun baru buka jam 8. Kenapa begitu karena ini adalah Puskesmas favorit jadi pasiennya buaanyaaak banggeet, pastinya panjang antriannya.
Hari ini aku pergi ke Puskesmas, dipaksa mama’ku karena sakit kepalaku nggak sembuh-sembuh. Ini adalah tempat favorit mama’ku, karena mama’ku selalu datang ke Puskesmas untuk sakit apapun juga. Mama’ku umurnya 61 tahun. Namanya orang tua, capek sebentar sakit, dan tentu saja karena organ2 tubuh yang sudah tua dan sel-sel tubuhnya sudah banyak yang mati, otomatis kesehatan tubuhnya berkurang (betul nggak teorinya???). Tapi mama’ku selalu bilang “aku mau sehat!!!” . Jadi kalau sakit sedikit saja, entah itu batuk, pilek, sakit pinggang, gatal-gatal, pusing kepala, sariawan, sakit gigi, dan masih banyak lagi, pasti pergi ke puskesmas, sampai-sampai penjaga loketnya hapal sama mama’ku karena pelanggan tetap, bisa-bisa dalam sebulan 4 – 5 kali pergi ke puskesmas. Pokoknya kalau obatnya habis, terus belum sembuh, pasti balik lagi. Yang aku suka mama’ku nggak pernah bosan dan lelah untuk ingin sembuh, katanya kalau sakit susah. Dari penyakit-penyakit yang menurutku “sepele” kalau aku yang mengalaminya, paling dibiarin sampai sembuh sendiri atau beli obat diwarung, kadang-kadang malas minum obat. Mama’ku sering marah kalau aku misalnya batuk nggak sembuh-sembuh, tapi malas minum obat, pasti langsung disuruh ke Puskesmas, katanya rugi kalau sakit tidak berobat, apalagi tempatnya dekat dan tidak bayar. Selalu ini jadi senjatanya untuk menyuruhku ke Puskesmas.
Sebenarnya ada alasan aku malas ke Puskesmas, karena paling malas minum obat, pahit, sering sangkut didalam mulut waktu diminum. Dulu aku sering bohong sama mama’ku, kalau ditanya “sudah diminum obatnya?” trus kujawab “sudah”, padahal obatnya ku buang hehe. Tapi sebenarnya ada kenangan masa kecil yang kurang menyenangkan dengan Puskesmas, disana ada seorang petugasnya, namanya Suster L***, wuih orangnya galak, waktu kecil kalau sakit biasanya disuntik dan dialah petugasnya, nah bagian inilah yang paling ditakuti terutama anak-anak termasuk aku, karena pada saat menyuntik ngga pake aba-aba, jadi kalau sedang menunggu giliran sudah deg-deg an duluan, pasti kalau ada anak kecil yang keluar dari ruangannya menangis, sebelumnya ada suara teriakan kesakitan, dan aku pun pernah mengalaminya. Huhuhu nggak enak, sakit banget, tidak berperasaan. Makanya sejak itu aku nggak mau disuruh ke Puskesmas, trauma. Kalau sekarang sudah tidak ada lagi yang disuntik dan dia sekarang dibagian obat, jadi lega. Tapi alhamdulillah juga nggak pernah sakit macam-macam, hanya sakit-sakit biasa, yang bisa sembuh dg beli obat diwarung, jadi nggak perlu ke Puskesmas.
Mestinya sih kita tidak boleh menyepelekan penyakit seringan apapun juga, kalau kita mau sembuh ya harus usaha, apalagi ada yang gratis. Kalau ngga mau minum obat ya jangan sakit (kalau yg ini untukku) dan kembali lagi ke diri sendiri untuk selalu berkata “tidak ingin sakit”, kan banyak ya cerita-cerita keajaiban kesembuhan penyakit tanpa obat, yang sembuh hanya dengan adanya keinginan yang teramat sangat kuat dari dalam diri untuk sembuh dan aku sangat percaya itu. So kawan-kawan jaga kesehatan ya, untuk kita dan semuanya.

Jumat, 20 Mei 2011

Jebakan maut…


Mungkin sering dengar berita banyak jalan diperkotaan yang rusak, becek, berlubang dan sebagainya, yang intinya tidak nyaman untuk dilewati. Aku juga mengalaminya, ini adalah Jalan Banggeris yang selalu kulewati dengan motor. Aku pilih jalan ini karena bisa menghindari kemacetan panjang dijalan utama. Tapi sayangnya bukan jalan yang mulus, banyak lubang, besar dan dalam, kalau tidak hati-hati bisa jatuh. Aku belum pernah jatuh tapi sering tertipu, apalagi kalau habis hujan lubangnya tidak kelihatan, hasilnya duk duk duk, dan aaauuuu langsung terasa sakitnya dipinggang, seperti habis jatuh dari tempat tinggi. Huh…paling sebel kalau mengalami hal itu.
Tapi karena sudah sering lewat aku sekarang sudah mulai hafal dengan lekuk-lekuk jalannya, jadi bisa mengurangi ketidaknyamanan. Dan sekarang, oleh masyarakat sekitar jalan yang berlubang ditimbun tanah yang banyak dan ditanam dua pohon pisang, jadi hanya motor yang bisa lewat pinggir-pinggirnya, mobil tidak bisa lewat sama seklai. Dalam hati, aku bergumam “akhirnya tumbuh juga pohon pisang dijalan ini, seperti dijalan-jalan lainnya”. Didepan pohon pisang diberi tulisan “tanah dikapling untuk DPR”, mudahan aja si “DPR” melihat, karena gedung DPRD  itu tidak jauh dari jalan ini. Sementara di pohon yang lainnya tertulis “batu bara aja dikeruk jalanan rusak”. Ya begitulah Kalimantan Timur sebagai salah satu penghasil batubara terbesar di Indonesia, tapi jalannya banyak yang rusak, belum lagi si pak Gubernur yang ngebet bikin tol Samarinda-Balikpapan, padahal jalan yang ada masih mulus banget untuk dilewati, tapi itu doang, sedangkan jalan trans Kalimantan yang lainnya hancur minah, meski banyak yang menentang karena banyak dampak buruknya terhadap lingkungan, belum lagi ijin2nya yang belum tuntas, dan yang lainnya, hampir setiap minggu berita dikoran itu melulu, tapi tetep dicuekin. Aku sendiri jadi bingung. Mungkin ya kalau ada pengusaha yang baik hati dan banyak duit baikin tuh jalanan, paling-paling hanya nol koma persen dari hartanya. Habisnya wakil rakyat tidak bisa diandalkan, kerjanya hanya menampung aspirasi saja trus disimpan atau dibuang, sama sekali tidak perduli dengan keadaan. Huh menyebalkan, aku doa kan semoga mereka terbuka hatinya dan segera bertindak!!!

Minggu, 15 Mei 2011

Malu bertanya sesat dijalan, kebanyakan tanya tandanya…???


Banyak hal yang ingin aku ketahui tentang semua yang ada. Mungkin sebagian ilmu pengetahuan umum sudah didapat dari sekolah, meskipun ada juga yang terlewat detil-detilnya atau sudah banyak juga yang lupa. Untuk mengetahui lebih jelasnya ya bertanya. Terkadang aku ingin mengetahui sesuatu tapi aku sendiri bingung kalimatnya, makanya kalau menurutku aku bisa mencari jawaban tanpa bertanya kenapa tidak.
Seperti waktu pertama kali mengenal bersentuhan komputer waktu SMA, itu pun hanya sekali dan aku sama sekali tidak mengerti apa yang harus dilakukan. Kemudian waktu masuk perguruan tinggi, aku pun dihadapkan lagi dengan komputer, waktu semester pertama mata kuliah “pengantar komputer”, kami di lab komputer disuruh membuat tabel di excel dan menyimpannya di disket, aku tidak bisa melakukannya, maluuuuuuu banget, teman-teman yang lain bisa. Tapi syukurnya temanku selalu membantu. Sampai akhirnya aku berpikir bagaimana caranya bisa mengoperasikan komputer tanpa kursus, maunya sih kursus tapi tidak ada doku. Mau bertanya pun aku malu, jadi aku mengikuti kegiatan mahasiswa dan ambil bagian disekretariat, yang salah satu tugasnya ketik-mengetik, itung-itung kursu gratis lah hehe, aku selalu memperhatikan teman yang sedang mengetik, aku tidak mau bertanya takut yang ditanya marah soalnya pasti nanya terus, aku selalu melihat apa yang di klik atau apa yang dipencet di keyboard dan apa yang terjadi di layar, selalu seperti itu, aku bertanya hanya sekali-sekali saja dan selalu kuusahakan bertanya dengan orang yang tidak sama, biar nggak bosan dan jadi menyebalkan bagi yang aku tanya, sampai aku mencoba mengetik dan aku bisa, tidak terlalu sulit kalau mau belajar kan. Aku sendiri terkadang suka sebal kalau selalu ditanya, apalagi yang dikasih tau tidak ngerti-ngerti, jadi gemes. Kalau jaman sekarang anak TK juga sudah pada lancar pegang laptop, yah dunia kan sudah berubah.
Semenjak sering bercengkrama dengan internet terutama Mbah Google, semakin banyak saja yang dicari tahu termasuk mempelajari cara membuat blog dan segala pernak-perniknya, dan pasti banyak dapat alternartif jawaban. Kalau dulu aku malu bertanya ke teman-teman, kalau sekarang sudah tidak malu lagi bertanya, dan yang ditanya pun tidak akan marah, dan selalu siap memberi jutaan jawaban. Tapi…. kalau lagi sesat dijalan sebaiknya bertanya sama orang sekitar, jangan tanya Mbah Google, karena kadang-kadang si dia juga tidak tahu semua kok, kan dia bukan Tuhan, daripada sesat beneran bertanya dibolehkan, kalau nggak nanya bisa-bisa ngga akan pernah sampai tujuan hehe…:)

Senin, 02 Mei 2011

guru adalah pendidik


Ki Hajar Dewantara lahir di Yogyakarta pada tanggal 2 Mei 1889, yang juga dijadikan sebagai hari pendidikan nasional. Beliau adalah Bapak Pendidikan Indonesia. Yang terkenal dengan semboyannya Tut Wuri Handayani, atau aslinya “ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani”. Makna dari kalimat tersebut adalah : di depan seorang pendidik harus memberi teladan atau contoh tindakan yang baik; di tengah atau diantara murid, guru harus menciptakan prakarsa dan ide; dibelakang, guru harus bisa memberikan dorongan dan arahan”. Hari pendidikan pasti berhubungan dengan guru, mungkin untuk para guru harus memahami atau lebih tepatnya mendalami dari semboyan diatas. Karena guru yang baik bukanlah hanya seorang pengajar tapi juga pendidik, yang bisa menjadi panutan dan teman bagi murid-muridnya.
Aku teringat cerita temanku beberapa waktu lalu, ia seorang guru di daerah sekitar perbatasan Kalimantan. Ia adalah orang yang cerdas, teguh pendirian, selalu ingin belajar, dan ketika ia berhasil mengajar dan berprofesi sebagai guru, ia bercita-cita untuk membuat pintar murid-muridnya, dengan perilaku jujur dan berguna untuk dirinya dan orang lain, cita-cita yang mulia. Tapi ada beberapa oknum yang berstatus sebagai pengajar tidak memberikan contoh yang baik kepada muridnya dan berbuat tidak jujur hanya demi hasil di atas kertas bagi murid-muridnya. Aku menjadi orang yang sok bijak, aku berusaha meyakinkan dia, bahwa seseorang harus mencintai profesinya, maka dengan demikian akan terwujud impiannya. Adapun ketika ia menjadi seorang guru, maka wajiblah ia menjadi seorang pendidik yang baik, yang bisa memberikan jalan bagi muridnya biar bermakna bagi masa depan pribadinya dan yang pasti akan berdampak baik bagi lingkungannya. Semoga pendidikan semakin adil disetiap pelosok negeri.

Minggu, 01 Mei 2011

nasi kuning, iwak haruan

 Rumahku hanya berjarak 5 atau 6 meter dari pasar tradisional, jadi setiap hari atau dua hari sekali mama’ku pergi ke pasar. Kali ini aku ikut ke pasar, rencananya hari ini mau masak nasi kuning, di Samarinda temannya nasi kuning yang pas adalah ikan haruan masak merah (bahasa indonesianya ikan gabus). Nasi kuning iwak haruan adalah sarapan khas di Samarinda.
Mama’ku bilang ikan haruan itu sebaiknya dibeli yang masih segar, artinya masih hidup waktu dilapak ikan, kita tinggal pilih yang mana, nanti ikannya akan di hilangkan nyawanya sama si pedagang ikan. Tapi yang menjadi perhatianku adalah cara mereka “menghilangkan nyawa” iwak (ikan) haruan. Cukup sadis menurutku, karena ikan-ikan itu dibiarkan berenang di boks yang sedikit airnya, setelah dipilih ikan yang mana, maka si penjual langsung memukul kepala ikan sampai ikannya mati paling tidak masih klepek-klepek, sadis, aku sampai memalingkan wajah, nggak tega melihatnya, meskipun begitu aku masih tega makan ikannya setelah jadi masakan, habis enak sih hehe.
Iwak haruan cukup mahal dibanding ikan yang lain, karena ikan ini adalah favorit, kalau mau lebaran mama’ku pasti beli ikan ini untuk dijadikan kuah ikan (ikannya direbus, terus dibuang tulangnya, dhaluskan dagingnya trus dimasak kuah), biasanya dimakan bersama buras atau lapat.
Ada satu lagi cara penghilangan nyawa ikan yang cukup sadis menurutku, yaitu ikan lele, kalau di tempatku namanya iwak keli. Sama seperti iwak haruan, iwak juga masih dalam keadaan hidup, setelah pilih-pilih kemudian ditimbang, dikembalikan lagi ke boks, dan…BUK…kepala ikan dipukul, ikannya masih klepek-klepek, langsung dipegang sama sipedagang, trus mulut ikan langsung dicolok kayu yang runcing ke mulutnya, ikannya langsung tegak, dan mulai dibersihkan oleh si pedagang. Sadis kan…tapi sama juga, kalau sudah digoreng trus dipenyet disambel terasi, nyaman banar…:) jadi lupa sama sejarah si ikan…:)