Kamis, 21 April 2011

hari kartini

Waktu masih sekolah, hari Kartini dirayakan dengan memakai kebaya ke sekolah, tentu saja hari itu akan jadi hari bebas pelajaran, karena biasanya diisi dengan acara berbagai perlombaan dalam rangka memperingati hari Kartini, perlombaan yang sering diadakan adalah lomba busana tradisional, kebanyakan memakai kebaya dan bersanggul, tidak sedikit orang tua yang sibuk mencari atau membeli kebaya untuk anak perempuannya termasuk aksesoris lainnya; lomba memasak, lomba membuat nasi tumpeng antar kelas, dan lomba-lomba lain yang mungkin…sedikit kurang berkaitan makna dengan perayaan hari Kartini yang sebenarnya, yang malahan mungkin menjadi pemborosan. Sangat jarang mendengar ada perlombaan cerdas cermat dihari Kartini, atau lomba membaca surat Kartini, atau yang lainnya yang lebih menekankan pada perjuangan Kartini.

Kalau bertanya ke orang-orang siapa Kartini? mungkin jawabannya adalah Kartini itu pelopor emansipasi wanita, yang terkenal dengan tulisan-tulisannya dalam kumpulan surat-surat yang diberi judul “Habis Gelap Terbitlah Terang”, tapi apakah mereka tahu kenapa diberi judul seperti itu? siapa yang mengumpulkan surat-suratnya? dan yang terpenting adalah apa isi dan makna dari suratnya? mungkin hanya sebagian kecil dari mereka yang tau, bahkan yang wanita pun mungkin banyak yang tidak tahu, padahal hari Kartini adalah perayaan untuk emansipasi wanita, kesetaraan gender, yang ingin hak-haknya sama dengan kaum pria, tanpa maksud meninggalkan kodrat wanita sebenarnya.

Dalam kumpulan suratnya : "Door Duisternis Tot Licht", yang diartikan sebagai "Habis Gelap Terbitlah Terang", tetapi menurut  Prof. Haryati Soebadio (cucu tiri Ibu Kartini) – mengartikan kalimat "Door Duisternis Tot Licht" sebagai "Dari Gelap Menuju Cahaya", tersirat siapa Kartini sebenarnya. Menurut Kartini, setiap manusia sederajat dan mereka berhak untuk mendapat perlakuan sama. Kartini paham benar bahwa saat itu, terutama di Jawa, keningratan seseorang diukur dengan darah, semakin biru darah seseorang maka akan semakin ningrat kedudukannya. Kartini juga mengingatkan, mengajarkan untuk mencintai buku, yang saat ini tentulah buku itu bukan menjadi barang istimewa karena mudah mendapatkannya.

“Bolehlah negeri Belanda merasa berbahagia, memiliki tenaga-tenaga ahli, yang amat bersungguh mencurahkan seluruh akal dan pikiran dalam bidang pendidikan dan pengajaran remaja-remaja Belanda, dalam hal ini anak-anak Belanda lebih beruntung dari pada anak-anak Jawa, yang telah memilki buku selain buku pelajaran sekolah.” [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 20 Agustus 1902]

Kartini mengajarkan untuk menuntut ilmu tetapi jangan lupa mengamalkan ilmu tersebut.
"Pergilah. Laksanakan  cita-citamu. Kerjalah  untuk hari depan. Kerjalah untuk kebahagiaan beribu-ribu orang yang tertindas di bawah hukum yang tidak adil dan paham-paham yang  palsu tentang  mana yang baik dan mana yang buruk. Pergi. Pergilah. Berjuanglah dan menderitalah, tetapi bekerjalah untuk kepentingan yang abadi" [Surat Kartini kepada Ny. Van Kol, 21 Juli 1902]

Kartini juga menginginkan agar wanita berpendidikan, agar kelak dapat mendidik anak-anak. Karena ditangan ibulah anak-anak pertama kali memperoleh pendidikan, bukan di tangan sekolah ataupun orang lain.
"Kami di sini memohon diusahakan pengajaran dan pendidikan anak perempuan, bukan sekali-kali karena kami menginginkan anak-anak perempuan  itu  menjadi  saingan  laki-laki  dalam perjuangan hidupnya. Tapi karena kami  yakin akan pengaruhnya yang besar sekali bagi kaum  wanita,  agar  wanita  lebih  cakap melakukan kewajibannya, kewajiban  yang diserahkan  alam sendiri ke dalam tangannya: menjadi ibu, pendidik manusia yang pertama-tama. [Surat Kartini kepada Prof. Anton dan Nyonya, 4 Oktober 1902]

Kartini meninggal di usia yang masih muda, yaitu 25 tahun, beberapa hari setelah melahirkan anak pertama sekaligus terakhir baginya, ia mempunyai pikiran yang maju dan tidak egois. Mungkin jika beliau masih hidup, akan menjadi wanita yang kritis yang penuh dengan ide-ide cemerlang untuk kemajuan bangsa khususnya wanita.
Kartini adalah salah satu pahlawan wanita Indonesia, masih ada Cut Nyak Dien dan pahlawan wanita lain yang berjuang sesuai keadaan mereka masing-masing. Mudah-mudahan peringatan hari kartini tahun ini tidak hanya seremonial tanpa makna, seperti menonton film tapi tidak mengerti jalan ceritanya. Yang harus dipahami dalam emansipasi wanita ataupun kesetaraan gender adalah bahwa wanita mempunyai hak yang sama dengan kaum pria, dalam hal pendidikan, kebebasan berpendapat, kebebasan berkreasi namun tidak meninggalkan kodratnya sebagai wanita yang sebenarnya.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar